Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.
Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya.
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu.Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.
Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di depan counter.Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka...
Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."
Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak2ku!"Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."
Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai2kan tangannya ke arah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini di tangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.
Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya di antaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya. "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda.
Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak!
Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri.***
Jumat, 24 Oktober 2008
Selasa, 14 Oktober 2008
BUAH MANGGA BUAH ZAITUN

Selasa, 16 September 2008
ALLAH MEMANGGIL KITA TIGA KALI SAJA SEUMUR HIDUP
Ini renungan menarik yang saya dapatkan dari email teman saya, Letkol Pnb Isep Hasan Isrony (Komandan Skadron Udara 31). Yang merupakan pengalaman religius sang isteri. Renung-renungkan dan selamat beramal..
Saat itu, Dhuha, hari terakhir aku di Masjid Nabawi untuk menujuMekah....... , aku bertanya pada Ibu.”Ibu, kataku, ada cerita apa yang menarik dari Umrah....?” Maklum, ini pertama kali aku ber Umrah. Dan Ibu, memberikan tausyiahnya. Ibu adalah pemilik Maknah Tour Travel dimana saya bergabung untuk Umrah di bulan July 2007 yang lalu.
Kebetulan umrahku dimulai di Madinah dulu selama 4 hari, baru ke Mekah.Tujuannya adalah mendapatkan saat Malam Jumat di depan Kabah. Jadi aku punya kesempatan untuk bertanya tentang Umrah. Ibu berkata...”Shinta, Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumurhidup.” Keningku berkerut........
”Sedikit sekali Allah memanggil kita..?”
Ibu tersenyum. ”Iya, tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?” Saya menggelengkan kepala.
”Panggilan pertama adalah AZAN,” ujar Ibu.”Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelasterdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak 'cepat marah' akan sikap kita. Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Azan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti”. Saya terpekur.... mata saya berkaca-kaca. Terbayang saya masih melambatkan sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan lain lain. Masya Allah.......
Ibu melanjutkan, ”Shinta, panggilan yang kedua adalah panggilan UMRAH / HAJI. Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya 'bergiliran' . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merancang pula akan pergi, ada yang memang merancang dan terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/Umrotan', sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua. Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab,meskipun panggilan itu halus sekali. Allah berkata, laksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu'.
Mata saya semakin berkaca-kaca. ........Subhanallah...... .saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan.....Alhamdulillah...”Dan panggilan ke-3,” lanjut Ibu,”adalah KEMATIAN. Panggilan yang kita jawab dengan amal kita. Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu Shinta, manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah.... .......Insya Allah syurga adalah balasannya.....”
Mata saya basah di dalam Masjid Nabawi , saya sujud bertaubat padaAllah karena kelalaian saya dalam menjawab panggilanNya. ....Kala itu hati saya makin yakin akan kebesaranNya, kasih sayangNya dan dengan semangat menyala-nyala, saya mengenakan baju Ihram dan berniat..... Aku menjawab panggilan UmrahMu, ya Allah, Tuhan Semesta Alam........
Huraisy
Pada hari kiamat akan keluar seekor binatang dari neraka jahanam yang bernama 'Huraisy' berasal dari anak kala jengking. Besarnya Huraisy ini dari timur hingga ke barat. Panjangnya pula seperti jarak langit dan bumi.
Malaikat Jibril bertanya : ”Hai Huraisy! Engkau hendak ke mana dan siapayang kau cari?” Huraisy pun menjawab, ”Aku mau mencari lima orang.”
Pertama, orang yang meninggalkan sembahyang.
Kedua, orang yang tidak mahu keluarkan zakat.
Ketiga, orang yang durhaka kepada ibu - bapanya.
Keempat, orang yang bercakap tentang dunia di dalam masjid.
Kelima, orang yang suka minum arak.***
Saat itu, Dhuha, hari terakhir aku di Masjid Nabawi untuk menujuMekah....... , aku bertanya pada Ibu.”Ibu, kataku, ada cerita apa yang menarik dari Umrah....?” Maklum, ini pertama kali aku ber Umrah. Dan Ibu, memberikan tausyiahnya. Ibu adalah pemilik Maknah Tour Travel dimana saya bergabung untuk Umrah di bulan July 2007 yang lalu.
Kebetulan umrahku dimulai di Madinah dulu selama 4 hari, baru ke Mekah.Tujuannya adalah mendapatkan saat Malam Jumat di depan Kabah. Jadi aku punya kesempatan untuk bertanya tentang Umrah. Ibu berkata...”Shinta, Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumurhidup.” Keningku berkerut........
”Sedikit sekali Allah memanggil kita..?”
Ibu tersenyum. ”Iya, tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?” Saya menggelengkan kepala.
”Panggilan pertama adalah AZAN,” ujar Ibu.”Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelasterdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak 'cepat marah' akan sikap kita. Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Azan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti”. Saya terpekur.... mata saya berkaca-kaca. Terbayang saya masih melambatkan sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan lain lain. Masya Allah.......
Ibu melanjutkan, ”Shinta, panggilan yang kedua adalah panggilan UMRAH / HAJI. Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya 'bergiliran' . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merancang pula akan pergi, ada yang memang merancang dan terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/Umrotan', sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua. Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab,meskipun panggilan itu halus sekali. Allah berkata, laksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu'.
Mata saya semakin berkaca-kaca. ........Subhanallah...... .saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan.....Alhamdulillah...”Dan panggilan ke-3,” lanjut Ibu,”adalah KEMATIAN. Panggilan yang kita jawab dengan amal kita. Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu Shinta, manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah.... .......Insya Allah syurga adalah balasannya.....”
Mata saya basah di dalam Masjid Nabawi , saya sujud bertaubat padaAllah karena kelalaian saya dalam menjawab panggilanNya. ....Kala itu hati saya makin yakin akan kebesaranNya, kasih sayangNya dan dengan semangat menyala-nyala, saya mengenakan baju Ihram dan berniat..... Aku menjawab panggilan UmrahMu, ya Allah, Tuhan Semesta Alam........
Huraisy
Pada hari kiamat akan keluar seekor binatang dari neraka jahanam yang bernama 'Huraisy' berasal dari anak kala jengking. Besarnya Huraisy ini dari timur hingga ke barat. Panjangnya pula seperti jarak langit dan bumi.
Malaikat Jibril bertanya : ”Hai Huraisy! Engkau hendak ke mana dan siapayang kau cari?” Huraisy pun menjawab, ”Aku mau mencari lima orang.”
Pertama, orang yang meninggalkan sembahyang.
Kedua, orang yang tidak mahu keluarkan zakat.
Ketiga, orang yang durhaka kepada ibu - bapanya.
Keempat, orang yang bercakap tentang dunia di dalam masjid.
Kelima, orang yang suka minum arak.***
Selasa, 09 September 2008
BERAPAKAH BIAYA PEMBUATAN BUKU DI SMART?
Banyak pertanyaan yang datang ke saya dari para client atau calon customer, yakni mereka yang punya niat menulis dan menerbitkan sebuah buku, karya mereka sendiri. Keinginan menerbitkan sebuah buku, tentu saja, adalah hak setiap orang! Jika demikian, kenapa bukan Anda sendiri yang MEMBIAYAI penerbitan buku Anda tersebut? Di SMART Institute Anda akan dibantu semaksimal mungkin hingga buku kebanggaan Anda terwujud. Pertanyaannya: berapa sih biayanya? Ada dua opsi, pertama, Anda sendiri yang menentukan budget-nya dan SMART yang akan menyesuaikan dengan budget tersebut. Kedua, SMART yang menetapkan biaya sesuai dengan spec (spesifikasi) buku yang Anda kehendaki. Buku dengan tampilan FC (Full Color) tentu berbeda biayanya dengan yang BW (black and white). Memakai kertas HVS tentu berbeda cost-nya dengan yang menggunakan jenis kertas Art Paper (AP). Kemudian jumlah halaman, buku hanya 100 halaman pasti berbeda dengan yang tebalnya 200-300 halaman. Itu dari segi tampilan, sementara dari aspek content ceritanya berbeda lagi. Anda tak perlu khawatir jika ingin menerbitkan sebuah buku namun tak secuilpun data atau bahan baku telah Anda siapkan, SMART akan mewujudkan wacana sesuai keinginan Anda. Namun, tentu saja, kriteria produk semacam ini tentu membutuhkan biaya yang lebih besar ketimbang bilamana bahan-bahan sudah Anda siapkan terlebih dulu. Hal-hal semacam itulah yang menentukan biaya penerbitan sebuah buku. Anda masih ragu dan menganggap informasi ini belum cukup? Begini sajalah, yang jelas SMART siap menggarap sebuah buku dengan minimal budget 10 jutaan untuk 500 eksemplar buku, dan maksimalnya tak terhingga sesuai permintaan Anda – customer yang kami anggap sebagai Raja. Tertarik?***
Minggu, 07 September 2008
REPUBLIK DUIT

Ternyata, Rhoma Irama benar! Di tahun 70-an Sang Raja Ndangdut itu telah menyenandungkan lagu berjudul “Rupiah” yang ketika itu sempat “dicekal” oleh pemerintah Orba karena dianggap mengganggu “ketertiban umum”. Pasalnya Rhoma dalam lirik lagunya itu antara lain mengatakan, “demi rupiah segala hal dilakukan orang, nyawapun siap jadi taruhannya…dst” (saya nggak hafal persis).
Lagu ”Rupiah” itu terbukti hingga kini masih terasa konteks dan relevansinya, bahkan dengan kadar yang jauh lebih ”nggilani” (menjijikkan) terutama terkait dengan mulai hingar-bingarnya Pemilu 2009. Sekarang ini, kalau anda ingin jadi anggota legislatif (pusat) maka dana yang harus anda keluarkan minimal adalah 1 milyar rupiah! Sekali lagi itu minimal! Sedangkan untuk legislatif daerah ya sedikit kurang dari itulah, tapi tetap saja jumlahnya sangat nggegirisi! Itu baru untuk kursi legislatif, belum eksekutif mulai dari bupati/walikota, gubernur, sampai presiden! Belum lagi untuk kursi mentereng di jajaran BUMN atau badan otoritas keuangan Negara seperti BI (ingat kasus Miranda Gultom yang sekarang bergulir). Semua mengandung muatan U A N G, dan itu tak berarti hanya rupiah tapi juga bisa bentuk mata uang lain. Rupiah hanyalah sekadar representasi segala hal yang menyangkut perduitan.
Oke, barangkali saya terlalu naïf jika bicara uang dalam konteks pemilu. Bukankah para calon wakil rakyat dan pejabat public memang harus keluar uang untuk membiayai kampanye mereka? Baik, itu benar, tapi jika jumlahnya kemudian menjadi sangat “gila” apakah ada jaminan bahwa setelah mereka terpilih tidak tergoda untuk berpikir tentang upaya “balik modal”? Faktanya, itulah yang banyak terjadi di negeri ini!! Lembaga KPK yang kemudian dibentuk adalah indikasi bahwa korupsi memang sudah bersimaharajalela dan mengakar begitu kokoh menghunjam dalam sendi kehidupan Republik ini!
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan tayangan Metro TV tentang seorang mantan calon bupati Ponorogo yang belakangan menjadi GILA karena kalah pilkada dengan setumpuk hutang untuk membiayai obsesi menjadi penggede tlatah reog itu. Tak hanya GILA tapi juga sebelumnya sempat berkali-kali mencoba BUNUH DIRI! Padahal cabup yang berinisial “Y” itu sebelumnya dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses, dengan sederet usaha dan bisnis yang berjalan dengan amat lancar dan menjadikannya sebagai “tokoh panutan”.
Walhasil, kursi kekuasaan agaknya menggodanya untuk terjerumus dalam permainan politik sekelompok orang yang punya niat untuk memanfaatkan ke”tokoh”annya. Hidden agenda mereka sebenarnya hanya satu: menguras duit dan harta sang calon bupati. Tapi semua itu pada akhirnya lenyap, termasuk kesadarannya sebagai manusia waras yang membawanya menjadi manusia gila. Bagaimana tidak gila, si tokoh panutan itu sekarang kemana-mana tanpa busana dan berteriak-teriak tanpa jelas maksudnya. Hanya satu komentar saya: naudzubillahi min dzalik!
Semua itu karena pesona rupiah, bravo untuk Pak Haji Rhoma Irama. Negeri ini memang Republik Duit. Ah!***
Lagu ”Rupiah” itu terbukti hingga kini masih terasa konteks dan relevansinya, bahkan dengan kadar yang jauh lebih ”nggilani” (menjijikkan) terutama terkait dengan mulai hingar-bingarnya Pemilu 2009. Sekarang ini, kalau anda ingin jadi anggota legislatif (pusat) maka dana yang harus anda keluarkan minimal adalah 1 milyar rupiah! Sekali lagi itu minimal! Sedangkan untuk legislatif daerah ya sedikit kurang dari itulah, tapi tetap saja jumlahnya sangat nggegirisi! Itu baru untuk kursi legislatif, belum eksekutif mulai dari bupati/walikota, gubernur, sampai presiden! Belum lagi untuk kursi mentereng di jajaran BUMN atau badan otoritas keuangan Negara seperti BI (ingat kasus Miranda Gultom yang sekarang bergulir). Semua mengandung muatan U A N G, dan itu tak berarti hanya rupiah tapi juga bisa bentuk mata uang lain. Rupiah hanyalah sekadar representasi segala hal yang menyangkut perduitan.
Oke, barangkali saya terlalu naïf jika bicara uang dalam konteks pemilu. Bukankah para calon wakil rakyat dan pejabat public memang harus keluar uang untuk membiayai kampanye mereka? Baik, itu benar, tapi jika jumlahnya kemudian menjadi sangat “gila” apakah ada jaminan bahwa setelah mereka terpilih tidak tergoda untuk berpikir tentang upaya “balik modal”? Faktanya, itulah yang banyak terjadi di negeri ini!! Lembaga KPK yang kemudian dibentuk adalah indikasi bahwa korupsi memang sudah bersimaharajalela dan mengakar begitu kokoh menghunjam dalam sendi kehidupan Republik ini!
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan tayangan Metro TV tentang seorang mantan calon bupati Ponorogo yang belakangan menjadi GILA karena kalah pilkada dengan setumpuk hutang untuk membiayai obsesi menjadi penggede tlatah reog itu. Tak hanya GILA tapi juga sebelumnya sempat berkali-kali mencoba BUNUH DIRI! Padahal cabup yang berinisial “Y” itu sebelumnya dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses, dengan sederet usaha dan bisnis yang berjalan dengan amat lancar dan menjadikannya sebagai “tokoh panutan”.
Walhasil, kursi kekuasaan agaknya menggodanya untuk terjerumus dalam permainan politik sekelompok orang yang punya niat untuk memanfaatkan ke”tokoh”annya. Hidden agenda mereka sebenarnya hanya satu: menguras duit dan harta sang calon bupati. Tapi semua itu pada akhirnya lenyap, termasuk kesadarannya sebagai manusia waras yang membawanya menjadi manusia gila. Bagaimana tidak gila, si tokoh panutan itu sekarang kemana-mana tanpa busana dan berteriak-teriak tanpa jelas maksudnya. Hanya satu komentar saya: naudzubillahi min dzalik!
Semua itu karena pesona rupiah, bravo untuk Pak Haji Rhoma Irama. Negeri ini memang Republik Duit. Ah!***
Rabu, 03 September 2008
THUKUL RAIH 75% SUARA!!!

Di luar dugaan, Thukul Arwana dipilih oleh 75 % responden dalam polling pemilihan Calon Presiden (capres) RI 2009-2014 yang digelar selama sepekan kemarin. Meski hanya diikuti oleh 4 peserta saja namun hal itu menunjukkan bahwa negeri ini merindukan seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti Thukul. Yaitu:
1. Lucu
2. Rendah Hati
3. Pekerja keras
4. Tampang "Ndeso"
Dalam polling ini terlihat bahwa tokoh sekaliber SBY, Mbak Mega, Amin Rais, dan Rizal Mallarengeng tak berkutik oleh kepopuleran komedian pengasuh acara "EMPAT MATA" di sebuah stasiun TV swasta, yang juga menyebut dirinya sebagai "Reynaldi" itu. Cukup validkah hasil polling ini?
Anda tak perlu marah dengan hasil polling ini! Negeri ini sudah terlalu capek melihat jutaan penduduknya yang tiap hari marah dengan sejuta sebab. Harga BBM naiklah, sembako lah, LPG lah, telor lah, cabe keritinglah, PHK massal lah, korupsi lah, kemacetan jalan lah, penggusuran lah, demo lah, dan jutaan sebab lain yang tiap hari bermunculan dan bisa disaksikan di televisi tiap pagi!
Negeri ini merindukan suasana santai nan ceria, penuh canda tawa, cengengesan tanpa beban, tapi sekaligus juga jiwa penuh kerendah hatian jauh dari sombong dan congkak, dan itu melekat pada diri seorang THUKUL. Jadi kalau "rakyat" (yang diwakili oleh empat orang peserta polling) mayoritas memilih Thukul sebagai capres yang layak memimpin RI periode 2009-2014, ya itu sangat wajar dan sah-sah saja to?
Sudahlah, daripada marah yang hanya membuat tensi darah anda melonjak dan risiko stroke lebih besar, lebih baik santai dan cengengesan sajalah dalam menyikapi dinamika kehidupan NKRI yang kita cintai ini. Yang penting jangan lupa untuk tetap bekerja keras menghidupi keluarga anda dengan pekerjaan yang halal dan "thoyyiiib" pastinya. Oke?***
Minggu, 10 Agustus 2008
ANAK "WONG CILIK" JADI ORANG -- KISAH TIGA JAGOAN DARI KEDIRI

Inilah "kisah keberhasilan" yang paling meyakinkan. Kami bertiga bersaudara kandung, anak "wong cilik" dari Kediri, kota kecil di Jawa Timur yang kini meledak karena klub sepakbola PERSIK berhasil jadi juara Liga Indonesia Divisi II, Divisi I, dan Divisi Utama berturut-turut.
Ya, kami bertiga adalah anak seorang pensiunan tentara AD dengan pangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu) H Mochtar Asrof Dipo Wijono (almarhum) dan Hjh Istifadah Istiqomah (almarhumah). Kami delapan bersaudara, tiga lelaki dan lima perempuan. Kami tiga lelaki ini kini jadi kebanggaan setiap orang yang paham akan arti sebuah perjuangan. Kami, Brigadir Jenderal TNI Prof Dr H Lukman Saksono, Mohammad Suryo Alam, Ak MBA, dan Letnan Kolonel Sus Drs Mohammad Agus Suhadi, M.Si.
Betapa tidak, kami delapan bersaudara telah jadi anak yatim ketika masih kecil. Ayah meninggal tahun 1966 saat usia masih 40an tahun, sedang ibu menjadi janda saat usia masih 30an tahun dengan tujuh anak. Anak pertama, Mas Lukman, masih kelas 1 SMA dan saya (Agus) si bungsu masih bayi merah usia tiga bulan ketika ayah meninggal. Karena kehidupan begitu berat, pensiun ayah begitu susah diurus, ibupun menikah lagi dengan seorang tamtama AL tahun 1969 dan tahun 1970 lahir adik tiri kami, Fahima Indrawati. Namun begitu Hima lahir, ibu bercerai dengan ayah tiri kami itu secara baik (dan hingga kini hubungan silaturahmi dengan Pak Sukardi -- ayah tiri kami itu -- tetaplah baik).
Akhirnya, ibu kami, janda berusia 30an tahun yang tak tamat SD, harus mengasuh delapan anak SENDIRIAN! Alhamdulillah, berkat kegigihan dan ketabahan serta "laku hidup prihatin" dengan skala yang amat dahsyat, ibu berhasil mengentaskan kami semua hingga "jadi orang". Kisah sukses ibu pernah dimuat di majalah dan koran beberapa tahun silam, sebagai figur "janda sakti" yang berhasil mendidik anak-anaknya dengan keberhasilan yang gilang-gemilang.
Ya, selain kami bertiga lelaki, kelima saudara perempuan kami semua bisa dibilang "berhasil" dalam kehidupannya. Semua "makan sekolah" hingga perguruan tinggi. Dan khusus kami bertiga, pencapaiannya sungguhlah membuat kami sekeluarga bangga dan -- tentu saja -- bersyukur tiada tara. Mas Lukman, lulusan Akabri Darat tahun 1973 (seangkatan Presiden SBY), lima bulan menjelang pensiun (oktober nanti) akhirnya berhasil meraih pangkat perwira tinggi: Brigadir Jenderal. Ia dikenal sebagai perwira intelektual dan cendekiawan di TNI AD. Karyanya berupa buku sudah puluhan judul, ratusan artikel dan makalah ilmiah tak terhitung jumlahnya. Ia kini adalah Staf Ahli Kasad Bidang Ekonomi.
Lalu, Mas Suryo Alam, akuntan lulusan STAN dan MBA lulusan Hull State University (UK), kini adalah Dirut PT Jawa Manis -- sebuah perusahaan PMA yang berlokasi di Serang, memproduksi gula rafinasi khusus untuk ekspor. Ia sebelumnya pernah menjadi orang nomor satu di beberapa perusahaan dengan usia yang sangat muda, karirnya tak mungkin naik lagi karena di atasnya adalah sang "owner". Ia pun berpindah ke perusahaan baru lagi untuk mencari tantangan baru. Begitulah dinamika seorang profesional dengan nilai jual sangat tinggi.
Kemudian saya, yang dalam ukuran tertentu di komunitas saya, boleh dibilang lumayan "ngetop" (maaf bukan bermaksud sombong). Selepas lulus S1 Jurnalistik Fikom Unpad Bandung, saya sempat bekerja di sebuah penerbitan buku sebagai editor. Lalu memenuhi permintaan ibu saya mendaftar masuk Sepawamil ABRI tahun 1990 dan dijuruskan di TNI AU. Maka selama 18 tahun terakhir ini saya malang-melintang sebagai Press Officer dan Public Affair Officer di beberapa satuan TNI AU hingga sekarang di Koopsau I. S2 bidang Public Policy saya ambil di UGM tahun 2000 dan lulus dua tahun kemudian. Hobby menulis saya salurkan dengan mendirikan SMART Institute.
Itulah sekelumit kisah sukses (dalam perspektif "wong cilik" tentu saja) yang sangat membanggakan dan kami syukuri. Dengan memposting kisah ini, harapan kami tentu bukan dalam kerangka jumawa atau arogan, tapi sekadar -- siapa tahu -- bisa menginspirasi mereka yang berasal dari "wong cilik" untuk tidak "kalah sebelum bertanding". Karena keberhasilan adalah milik siapa saja, asal mau berjuang, berjuang, dan berjuang. Ok?***
Langganan:
Postingan (Atom)