Ada seseorang yang selalu resah dan gelisah dalam hidupnya menemui seorang bijak dan berkata:"Guru, saya tidak pernah mendapatkan KEBAHAGIAAN dalam hidupku....Tolong ajarkan saya agar HIDUPKU SELALU BAHAGIA!"
Orang bijak itu menjawab:
"Kebahagiaan itu sebenarnya tidak perlu kau cari....Kebahagiaan itu ada pada dirimu sendiri. Tapi kamu dapat belajar untuk menemukannya"
"Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?"
Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab,
"Kira-kira sepuluh tahun."
Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut,
"Begitu lama?" tanyanya tak percaya.
"Tidak," kata si orang bijak,"Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun."
Anak muda itu bertambah bingung.
"Mengapa Guru lipatkan dua?" tanyanya keheranan.
Orang bijak kemudian berkata,
"Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan waktu 30 tahun."
Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika membaca cerita di atas?
Tahukah kita mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya,
semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?
Lantas,
bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?
Sebagaimana yang telah banyak disampaikan,
kebahagiaan hanya akan dicapai
kalau kita mau melakukan perjalanan KE DALAM.
Namun,
itu semua tidak dapat kita peroleh dengan cuma-cuma.
Kita harus mau MEMBAYAR HARGANYA.
Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko.
Nama toko itu adalah "TOKO KEBAHAGIAAN"
Di sana tidak ada barang yang bernama "Kebahagiaan" karena
"Kebahagiaan" itu sendiri TIDAK DIJUAL.
Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: KESABARAN, KEIKHLASAN, RASA SYUKUR, KASIH SAYANG, KEJUJURAN, KEPASRAHAN KEPADA TUHAN dan RELA MEMAAFKAN.
Inilah "barang-barang" yang kita perlukan untuk mencapai kebahagiaan.
Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi.
Yang dijual di sini adalah BENIH.
Jadi, kalau kita tertarik untuk Membeli "Kesabaran" kita hanya bisa mendapatkan "Benih Kesabaran".
Karena itu, segera setelah kita pulang ke rumah kita harus berusaha keras untuk menumbuhkan dan memelihara benih tersebut sampai ia menghasilkan BUAH KESABARAN.
Setiap benih yang kita beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus kita pecahkan. Hanya bila kita MAMPU memecahkan persoalan tersebut, kita akan menuai buahnya.
Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.
"Kesabaran Tingkat 1", misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas atau
pengemudi bus yang ugal-ugalan.
"Tingkat 2" berarti menghadapi orang yang sewenang-wenang atau
orang yang suka memfitnah..
"Kesabaran Tingkat 3",misalnya, adalah menghadapi keluarga kita yang sendiri. Seperti menghadapi istri yang cerewet atau suami yang nyebelin, malas dan kurang perhatian
Produk yang lain misalnya "BERSYUKUR"
"Bersyukur Tingkat 1" adalah bersyukur di kala SENANG siap bersedekah kala kantong tebal, sementara "Bersyukur Tingkat 2" adalah bersyukur di kala SUSAH sedang defisitpun tetap bersedekah.
"KEJUJURAN Tingkat 1", misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara
"Kejujuran Tingkat 2" adalah kejujuran dalam kondisi TERANCAM.
Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di "Toko Kebahagiaan".
Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan KUALITAS KARAKTER yang ditimbulkannya.
Yang TERMAHAL ternyata adalah "KESABARAN" karena kesabaran ini merupakan Bahan Baku dari segala macam produk yang dijual di sana.
Seorang filsuf pernah mengatakan,
"Apa yang Kita Peroleh dengan TERLALU MUDAH PASTI KURANG kita HARGAI. Hanya harga yang MAHAL-lah yang memberi NILAI kepada SEGALANYA. Tuhan tahu bagaimana MEMASANG harga yang tepat pada barang-barangnya."
Maka ketika kita menyambut setiap masalah dengan penuh KEGEMBIRAAN akan memperoleh "OBAT dan VITAMIN" yang terkandung disetap masalah yang terjadi.
Dengan demikian kita akan BERTERIMA KASIH kepada orang-orang yang telah Menyusahkan kita karena mereka memang "diutus" untuk membantu Kita.
Pengemudi yang ugal-ugalan, orang yang jahat, orang yang sewenang-wenang adalah peluang untuk MEMBENTUK kesabaran.
Penghasilan yang pas-pasan adalah peluang untuk MENUMBUHKAN RASA SYUKUR.
Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk MENUMBUHKAN KONSENTRASI.
Bertemu dengan orang-orang yang TAK TAHU BERTERIMA KASIH adalah
peluang untuk menumbuhkan PERASAAN KASIH tanpa syarat.
Orang-orang yang MENYAKITI kita adalah peluang untuk MENUMBUHKAN kualitas RELA MEMAAFKAN.
Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini:
"Aku memohon kekuatan dan Tuhan memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku KUAT.
Aku memohon kebijaksanaan dan Tuhan memberiku masalah untuk diselesaikan.
Aku memohon kemakmuran dan Tuhan memberiku TUBUH dan OTAK untuk bekerja.
Aku memohon keberanian dan Tuhan memberiku berbagai BAHAYA untuk aku atasi.
Aku memohon cinta dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku bantu.
Aku mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan.
Aku tidak memperoleh apapun yang aku inginkan,
tetapi Aku MENDAPATKAN apapun yang aku BUTUHKAN."
Allah SWT berfirman bahwa kita semua dilarang merasa terhina tidak boleh pula terus menerus larut dalam kesedihan karena kita adalah orang-orang yang akan senantiasa ditinggikan derajatnya jika kita adalah orang-orang yang senantiasa menjaga keimanan kita (Walaa tahunuu walaa tahzanuu wa antumul a’launa in kuntum mu’miniin).***
Minggu, 10 Januari 2010
Rabu, 28 Oktober 2009
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara Amerika Serikat:
Don't think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.
General Ronal Fogleman (ret), US Air Force
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab:
As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honour And praise. The next, the people fear, And the next the people hate. When the best leader's work is done, The people say, we did it ourselves.
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell:
The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.
Maospati, 9 Juni 09
BUDI ACHMADI
Don't think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.
General Ronal Fogleman (ret), US Air Force
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab:
As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honour And praise. The next, the people fear, And the next the people hate. When the best leader's work is done, The people say, we did it ourselves.
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell:
The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.
Maospati, 9 Juni 09
BUDI ACHMADI
Minggu, 26 Juli 2009
BUKU TERBARU GARAPAN "SMART"

Untuk kesekian kalinya S M A R T I n s t i t u t e memperoleh kehormatan, kali ini dari Direktur Utama Halim Trans Cargo (HTC) Christianto Muhartawan untuk menerbitkan buku berjudul “MUDA BERKARYA BERJAYA – Untuk Merah Putih”. Bagi SMART jelas merupakan tantangan yang harus dijawab sebagai kehormatan dan kebanggaan untuk menghadirkan karya bermutu. SMART Institute merupakan lembaga konsultan media, dengan berani mengambil positioning sebagai “Book Making Solution”.
Didirikan oleh Drs Moh Agus Suhadi, M.Si – penulis yang sejak remaja menggeluti dunia tulis-menulis dan produksi wacana – dan sekaligus sebagai Editor Utama. Ia dibantu oleh sejumlah reporter dan asisten editor yang punya jam terbang tinggi sebagai penulis. Kini menulis buku, mulai dari oto/biografi, visi pemikiran, profil perusahaan/satuan, atau apapun keinginan yang dikehendaki, bukan lagi menjadi masalah. Hubungi SMART Institute di mobile phone0856 4320 1966, 0819 3247 1966 dan 0813 8073 1966, atau kunjungi www.smartinstitute.blogspot.com , kami s i a p membantu Anda.
RINGKASAN ISI BUKU
Buku “MUDA BERKARYA BERJAYA” berisi tentang kisah keberhasilan seorang pemuda dalam menjalankan bisnisnya di bidang pengiriman barang atau cargo. Pemuda itu tak lain adalah Saudara Christianto Muhartawan.
Christianto, atau biasa dipanggil Chris, adalah anak pensiunan perwira TNI AU yakni almarhum Kolonel Pnb Darsono – terakhir menjabat sebagai Aspers Pangkohanudnas. Dengan kata lain Chris adalah bagian dari Keluarga Besar TNI AU sehinga keberhasilannya adalah keberhasilan Keluarga Besar TNI AU juga.
Dalam buku ini terlihat bahwa Chris bisa membuktikan, hanya dengan kerja keraslah keberhasilan dan kejayaan bisa diraih. Dan karena dia adalah generasi muda dari Keluarga Besar TNI AU maka tentunya bisa dijadikan sebagai contoh dan tauladan bagi anak-anak muda – paling tidak dari Keluarga Besar TNI AU khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Apalagi keberhasilan Chris sama sekali tidak mengandalkan posisi atau jabatan orangtuanya, karena ketika ia memulai bisnis cargonya hampir satu dekade silam, kebetulan sang ayah sudah meninggal dunia. Ini juga point positif yang patut diapresiasi oleh kita semua, di tengah kecenderungan anak muda sekarang yang mengandalkan posisi atau jabatan orangtua sebagai jalan meraih sukses.
Bisnis cargo adalah bisnis yang menjanjikan dan punya prospek yang luar biasa. Cukup melihat kondisi geografis Indonesia yang demikian besar dan luas, yang terbentang dari Sabang sampai Mereuke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bisnis ini memiliki potensi yang luar biasa. Wilayah yang demikian luas ini tentu membutuhkan jasa pengiriman barang dari satu titik ke titik yang lain, sehingga terjadi suatu proses pemerataan distribusi barang yang saling melengkapi dan membutuhkan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Dengan kata lain, bisnis cargo tidak saja positif dilihat dari aspek bisnis, namun juga bisa dikatakan sebagai akselarator pembangunan bangsa secara menyeluruh dan merata.■
Kamis, 09 Juli 2009
WISATA MURAH KELUARGA PUN SUMRINGAH




























Inilah liburan merakyat keluarga THE PATOON, berangkat habis shalat shubuh untuk mengejar sunrise di pantai Parangtritis, 45 menit perjalanan dari rumah. Ini adalah upaya untuk mengisi liburan sekolah anak-anak yang berlangsung selama dua minggu. Tak tega rasanya melihat anak-anak hanya berdiam di rumah nge-game dan main organ. Maklum, yang menggelayuti pikiran adalah perkara “ongkos” terkait dengan kondisi kantong yang rada “mengkhawatirkan”.
Alhamdulillah kami bisa mengejar sunrise di Parangtritis, kawasan wisata pantai yang sangat merakyat di selatan Yogjakarta. Sambil memandangi ombak yang berdebur cukup lincah, sembari menikmati camilan yang dibawa dari rumah. Setelah itu menyewa andong – lebih tepat bendi karena hanya berkapasitas dua orang – yang kemudian bergerak pelan menyusuri persis pinggir pantai. Terkadang sang kuda berhenti ketika kakinya diterjang ombak yang menerpa andong kami. Atau mendengarkan sang kusir teriak-teriak untuk mengingatkan agar para wisatawan menghindar dari serudukan bendi kami. Sesampai di ujung timur dimana terdapat bebatuan yang eksotis, kami pun asyik berfoto ria dengan aneka pose dan gaya.
Selesai dari Parangtritis di ujung selatan jogja, piknik THE PATOON FAMILY dilanjutkan ke utara naik ke arah Gunung Merapi...kami menikmati punggung gunung Merapi, tepatnya di alas tlogo hingga mencapai tower (gardu pandang)...ketemu monyet "jorok" (bercinta di depan manusia)..pulangnya beli jadah dan tahu n tempe bacem khas Kaliurang...total jenderal piknik minimalis ini cuma menghabiskan duit di bawah 200 ribu (75 ribu buat bensin mobil dan itupun kagak habis)...
Sungguh perjalanan wisata yang murah meriah namun mampu membuat keluarga tertawa sumringah…***
Senin, 25 Mei 2009
BUKA KACA MOBIL ANDA SEBELUM BERKENDARA !!!

Jika Anda seorang yg mengendarai mobil, silakan buka jendela setelah Anda masuk mobil dan jangan terburu-buru menyalakan AC. Hal ini dilakukan agar udara yg ada di dalam mobil bisa segera keluar dan tergantikan dengan udara yg lebih segar.
Ternyata udara yg ada di dalam mobil (saat diparkir) mengandung Benzene/Bensol. Darimanakah Benzene ini berasal?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh UC, dashboard mobil, sofa, airfreshener akan memancarkan Benzene, hal ini bisa disebabkan oleh suhu ruangan yg meninggi. (hati2 bila mencium bau plastik terbakar di dalam mobil anda, segera cek asal bau tersebut).
Kalau tidak salah saya pernah membaca thread tentang bahaya action figure yg kebakar di dalam mobil.. Artikel ini berhubungan dengan thread tersebut (maaf sampai sekarang saya belum bisa menemukan thread tersebut).
Tingkat Benzene yang dapat diterima dalam ruangan adalah 50 mg per sq ft. Sebuah mobil yg parkir di ruangan dengan jendela tertutup akan berisi400-800 mg dari Benzene. Jika parkir di luar rumah di bawah sinar matahari pada suhu di atas 60 derajat F, tingkat Benzene berjalan sampai 2000-4000mg, 40 kali dengan tingkat yang dapat diterima ..
Orang-orang di dalam mobil pasti akan menyedot kelebihan jumlah toksin.
Bahaya Benzene
Efek singkat menghirup high level benzene dapat mengakibatkan kematian, sedangkan menghirup low level benzene dapat menyebabkan kantuk, pusing, mempercepat denyut jantung, sakit kepala, tremors, kebingungan, dan ketidaksadaran.
Long term efeknya bisa menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan dapat menyebabkan penurunan sel darah merah, yang mengarah ke anemia. Ia juga dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan dan menurunkan sistem kekebalan, meningkatkan kesempatan infeksi, menyebabkan leukemia dan lainnya yang terkait dengan kanker darah dan pra-kanker dari darah.
Benzene adalah toksin yang menyerang hati, ginjal, paru-paru, jantung dan otak dan dapat menyebabkan kerusakan kromosonal. Saat ini sedang diadakan penelitian tentang pengaruh benzene terhadap tingkat kesuburan pria dan wanita.
Benzene adalah racun yg berbahaya karena tubuh kita kesulitan untuk mengeluarkan jenis racun ini. Karena itu sangat disarankan agar Anda membuka jendela dan pintu untuk memberikan waktu pada udara yg ada di dalam agar keluar sebelum Anda masuk.
Semoga bermanfaat....
(milis Palmturi)
Rabu, 13 Mei 2009
BURY MY HEART AT THE WOUNDED KNEE
Sinopsis film: BURY MY HEART AT THE WOUNDED KNEE (HBO, 2007)
Kerjasama panitia World Book Day 2009 dengan Paguyuban Karl May Indonesia.
Di Museum Bank Mandiri, Sabtu, 16 Mei 2009, jam 16.30-18.30
PENGANTAR:
Orang kulitputih mendapat kesempatan untuk berkembang secara alami. Secara bertahap mereka beralih dari budaya berburu ke budaya menggembala ternak, kemudian dari sana ke budaya bercocoktanam dan akhirnya mencapai budaya industri. Proses ini berlangsung selama ratusan tahun. Sementara orang kulitmerah tidak mendapat kesempatan itu karena mereka tidak diberi waktu. Sebagai pemburu mereka harus membuat loncatan yang besar dari tahap pertama ke tahap terakhir. Ketika mereka dituntut untuk berubah, orang sama sekali tidak berpikir bahwa mereka akan gagal dan akan terpuruk akibat perubahan itu...
Sekarang apa sumber nafkah mereka? Apakah dari tepung gandum dan daging yang dibagikan kepada mereka? Lihatlah, betapa banyak bubuk kapur dan bahan asing lain yang terdapat dalam tepung itu. Siapa yang dapat menyantapnya? Jika sebuah suku dijanjikan seratus ekor lembu yang sangat tambun, hanya dalam beberapa hari lembu itu telah berubah menjadi dua atau tiga sapi tua yang begitu kurus bahkan burung nasar pun enggan menyantapnya. Atau haruskah orang kulitmerah hidup dengan bercocoktanam? Apakah mereka bisa mengharapkan hasil panenan, sementara mereka tidak mempunyai hak dan terus didesak serta tidak diberi tempat untuk menetap?...
Orang kulitputih datang dengan memasang senyum manis di wajah, tetapi menyelipkan pisau tajam di pinggang berikut senjata api yang siap ditembakkan di tangan. Mereka menjanjikan cintakasih dan perdamaian dalam omongan, namun menebar kebencian dan pertumpahan darah dalam kenyataan...
[Cuplikan-cuplikan dari buku Winnetou I (1893) oleh Karl May]
SINOPSIS:
Wounded Knee Creek adalah nama tempat terjadinya pembantaian yang dilakukan oleh tentara Kaveleri ke-VII Amerika Serikat terhadap suku Indian Sioux yang sedang mempertahankan haknya, pada 2 Desember 1890.
Film yang pelakonnya para Indian ini diawali dengan penyerbuan yang dilakukan oleh Jenderal (tepatnya: Letkol) Amstrong Custer yang dengan jumawanya mencoba membantai suku Sioux Lakosta di siang hari bolong, tapi justru berakhir konyol dan mengakibatkan tewasnya dirinya sendiri. Salah seorang saksi pertempuran ini adalah anak remaja Lakosta: Ohiyesa, yang belakangan "bernasib baik" dan berhasil menjadi dokter dari Boston University, dengan nama baru Charles Eastman (Adam Wood).
Dr Eastman inilah yang dijadikan tokoh sentral dalam film ini, yang menceritakan tentang perjuangan terakhir dua kepala suku Indian, Red Cloud (Tootoois) dan Sitting Bull (Schellenberg) pasca kejadian di Little Big Horn di atas.
Para penonton akan dijelaskan tentang hal ihwal mengapa orang-orang Indian yang sebenarnya cinta damai itu kemudian memberontak, karena ditipu oleh para kulit putih, dalam kasus tanah di Black Hill, Dakota. Faktor provokasi dari dukun Indian Wovoka (Wes Studi), berikut kesalahpahaman adanya seorang Indian tuli yang seolah mengesankan mereka membantah perintah, menjadi pola-pola kerusuhan yang masih juga terjadi hingga abad-21 ini. Mereka kemudian memang tumpas, dan itu ditandai dengan tewasnya Sitting Bull, sebagai lambang perlawanan mereka yang terakhir.
Cerita film ini diambil dari 2 bab terakhir buku best seller karya Dee Brown: Bury My Heart at the Wounded Knee (1971), seorang sejarawan dan kepala perpustakaan Wild West. Disutradarai oleh Yves Simoneau, diproduksi oleh HBO Film (2007), film ini memenangkan 6 hadiah Emmy, dengan durasi 130 menit, ber-subtitle Inggris.
Belakangan patung Sitting Bull didirikan di Mount Rushmore Dakota oleh para Indian, yang letaknya tak jauh dari tempat pahatan empat presiden Amerika Serikat dibuat. Di akhir film, disebutkan bahwa Mahkamah Agung AS pada 1980 memutuskan lahan tersebut memang menjadi hak para Sioux dan sekarang telah bernilai USD 600 Juta, tapi tak seorang Sioux pun mau mengambil uangnya.
Menonton film ini seperti menatap visualisasi buku-buku Karl May (Karl May bukan penulis untuk anak-anak seperti yang biasa dikesankan selama ini, tapi tentang kemanusiaan, tentang orang-orang yang tertindas). Adegan-adegan yang ada di buku, tertuangkan dengan jelas di film ini: tentang jatah kupon makan/sarana yang kacau, penyakit yang dibawa orang kulit putih, lompatan budaya yang tak masuk akal (orang Indian tidak mau bertani), mustang, bison, pengulitan kulit kepala/scalping, senapan Henry, dan ungkapan: saya telah berbicara, dan tentu saja: . Howgh!***
(Pandu Ganesha, Palmturi)
Kerjasama panitia World Book Day 2009 dengan Paguyuban Karl May Indonesia.
Di Museum Bank Mandiri, Sabtu, 16 Mei 2009, jam 16.30-18.30
PENGANTAR:
Orang kulitputih mendapat kesempatan untuk berkembang secara alami. Secara bertahap mereka beralih dari budaya berburu ke budaya menggembala ternak, kemudian dari sana ke budaya bercocoktanam dan akhirnya mencapai budaya industri. Proses ini berlangsung selama ratusan tahun. Sementara orang kulitmerah tidak mendapat kesempatan itu karena mereka tidak diberi waktu. Sebagai pemburu mereka harus membuat loncatan yang besar dari tahap pertama ke tahap terakhir. Ketika mereka dituntut untuk berubah, orang sama sekali tidak berpikir bahwa mereka akan gagal dan akan terpuruk akibat perubahan itu...
Sekarang apa sumber nafkah mereka? Apakah dari tepung gandum dan daging yang dibagikan kepada mereka? Lihatlah, betapa banyak bubuk kapur dan bahan asing lain yang terdapat dalam tepung itu. Siapa yang dapat menyantapnya? Jika sebuah suku dijanjikan seratus ekor lembu yang sangat tambun, hanya dalam beberapa hari lembu itu telah berubah menjadi dua atau tiga sapi tua yang begitu kurus bahkan burung nasar pun enggan menyantapnya. Atau haruskah orang kulitmerah hidup dengan bercocoktanam? Apakah mereka bisa mengharapkan hasil panenan, sementara mereka tidak mempunyai hak dan terus didesak serta tidak diberi tempat untuk menetap?...
Orang kulitputih datang dengan memasang senyum manis di wajah, tetapi menyelipkan pisau tajam di pinggang berikut senjata api yang siap ditembakkan di tangan. Mereka menjanjikan cintakasih dan perdamaian dalam omongan, namun menebar kebencian dan pertumpahan darah dalam kenyataan...
[Cuplikan-cuplikan dari buku Winnetou I (1893) oleh Karl May]
SINOPSIS:
Wounded Knee Creek adalah nama tempat terjadinya pembantaian yang dilakukan oleh tentara Kaveleri ke-VII Amerika Serikat terhadap suku Indian Sioux yang sedang mempertahankan haknya, pada 2 Desember 1890.
Film yang pelakonnya para Indian ini diawali dengan penyerbuan yang dilakukan oleh Jenderal (tepatnya: Letkol) Amstrong Custer yang dengan jumawanya mencoba membantai suku Sioux Lakosta di siang hari bolong, tapi justru berakhir konyol dan mengakibatkan tewasnya dirinya sendiri. Salah seorang saksi pertempuran ini adalah anak remaja Lakosta: Ohiyesa, yang belakangan "bernasib baik" dan berhasil menjadi dokter dari Boston University, dengan nama baru Charles Eastman (Adam Wood).
Dr Eastman inilah yang dijadikan tokoh sentral dalam film ini, yang menceritakan tentang perjuangan terakhir dua kepala suku Indian, Red Cloud (Tootoois) dan Sitting Bull (Schellenberg) pasca kejadian di Little Big Horn di atas.
Para penonton akan dijelaskan tentang hal ihwal mengapa orang-orang Indian yang sebenarnya cinta damai itu kemudian memberontak, karena ditipu oleh para kulit putih, dalam kasus tanah di Black Hill, Dakota. Faktor provokasi dari dukun Indian Wovoka (Wes Studi), berikut kesalahpahaman adanya seorang Indian tuli yang seolah mengesankan mereka membantah perintah, menjadi pola-pola kerusuhan yang masih juga terjadi hingga abad-21 ini. Mereka kemudian memang tumpas, dan itu ditandai dengan tewasnya Sitting Bull, sebagai lambang perlawanan mereka yang terakhir.
Cerita film ini diambil dari 2 bab terakhir buku best seller karya Dee Brown: Bury My Heart at the Wounded Knee (1971), seorang sejarawan dan kepala perpustakaan Wild West. Disutradarai oleh Yves Simoneau, diproduksi oleh HBO Film (2007), film ini memenangkan 6 hadiah Emmy, dengan durasi 130 menit, ber-subtitle Inggris.
Belakangan patung Sitting Bull didirikan di Mount Rushmore Dakota oleh para Indian, yang letaknya tak jauh dari tempat pahatan empat presiden Amerika Serikat dibuat. Di akhir film, disebutkan bahwa Mahkamah Agung AS pada 1980 memutuskan lahan tersebut memang menjadi hak para Sioux dan sekarang telah bernilai USD 600 Juta, tapi tak seorang Sioux pun mau mengambil uangnya.
Menonton film ini seperti menatap visualisasi buku-buku Karl May (Karl May bukan penulis untuk anak-anak seperti yang biasa dikesankan selama ini, tapi tentang kemanusiaan, tentang orang-orang yang tertindas). Adegan-adegan yang ada di buku, tertuangkan dengan jelas di film ini: tentang jatah kupon makan/sarana yang kacau, penyakit yang dibawa orang kulit putih, lompatan budaya yang tak masuk akal (orang Indian tidak mau bertani), mustang, bison, pengulitan kulit kepala/scalping, senapan Henry, dan ungkapan: saya telah berbicara, dan tentu saja: . Howgh!***
(Pandu Ganesha, Palmturi)
Senin, 04 Mei 2009
ISEP HASAN ISRONY, HARAPAN TNI AU MENDATANG



Diantara para perwira generasi muda TNI AU, salah satunya yang patut diperhitungkan sebagai calon pimpinan TNI AU di masa depan adalah Letnan Kolonel Penerbang Isep Hasan Isroni, yang beberapa waktu lalu menyerahkan jabatan Komandan Skadron Udara 31 kepada yuniornya, Letkol Pnb Purwoko Aji Wibowo.
Letkol Pnb H Isep Hasan Isrony, SIP, dikenal sebagai sosok perwira yang mengedepankan hati nurani dalam berpikir dan bertindak. Tutur katanya halus, penuh tata krama dan santun. Alumnus Akabri Udara tahun 1990, Sekbang Angkatan 44, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 48, Sekkau Angkatan 65, dan Seskoad Angkatan 42. Penerbang pesawat angkut berat C-130 Hercules berbadan gempal namun halus tutur katanya ini pernah pula menempuh pendidikan Flight Safety Officer Course di Bangladesh.
Menikah dengan Atikah Handayani, SH, mereka dikaruniai dua buah hati masing-masing M. Rizki Alfath Adiwira dan Rania Halima Parsa. Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai siswa tamu di Seskoad tahun 2004, ia langsung mendapat tugas mengikuti pendidikan Sesko perbandingan di USAF Air Command and Staff College AY 05-06 selama setahun.
Salah satu indicator keunggulan dari seorang Isep adalah pemahaman tentang pentingnya menulis buku. Maka, diawal penugasannya sebagai Komandan Skadron Udara 31, Isep menggarap buku analisis perang berjudul “Peran Kekuatan Udara dan Pelajaran Lain dari Perang Irak” (Smart Institute, 2007) yang merupakan hasil kajiannya sepulang dari melaksanakan tugas pendidikan Sesko di AS. Lalu ketika akan mengakhiri jabatannya, Isep kembali menulis buku berjudul “Kepak Sayap Rajawali” (Smart Institute, 2009) yang merupakan catatan pengabdiannya selama menduduki jabatan Komandan Skadron Udara 31. Tentu, tak banyak perwira punya rekam jejak (track record) seperti Isep.
Beberapa Pandangannya
Dalam buku keduanya, kita bisa menilai pandangan Isep tentang sejumlah hal, misalnya tentang kepemimpianan. Isep berpendapat bahwa keberadaannya sebagai Komandan di Skadron Udara 31 adalah untuk melaksanakan amanah sehingga ia harus bermanfaat untuk anggota, organisasi, dan pimpinannya. ”Yang paling penting saya harus mampu melayani anak buah saya dan kebutuhannya yang harus saya cukupi,” ujarnya.
Ia memberi contoh pada saat Latgab TNI, Isep tahu kebutuhan anak buahnya adalah berlatih. Dengan segala upaya ia harus melaksanakan latihan itu. Sehingga effort yang ia keluarkan pada saat itu adalah bagaimana melayani kebutuhan anak buahnya untuk berlatih.
Apakah Isep cukup puas dengan pencapaian yang telah diraih oleh Skadron Udara 31, ia mengatakan hal itu relatif ya. Ia hanya punya patokan ketika renproja (rencana program kerja) bisa tercapai, artinya seluruh program terlaksana, itu merupakan patokan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dari latihan dan operasi ia pikir bisa terlaksana seluruhnya. Dan peningkatan dari disiplin anggota ia lihat juga cukup membanggakan, termasuk kerapihan seperti menyemir sepatu hingga mengkilat.
Demikian juga dengan cukuran rambut Isep cukup menghimbau kepada anak buahnya dengan mengatakan, jika mereka peduli dengan dirinya sendiri maka mereka pasti juga akan peduli dengan lingkungan. Akibat dari semua itu kebersihan hanggar dan lingkungan sekitarnya juga jadi meningkat. Rumput-rumput yang ada di Skadron Udara 31 tidak pernah panjang. Bahkan tidak lihat lagi puntung rokok yang berserakan
Pandangan Isep yang lain tentang pemimpin, dikatakannya bahwa keberhasilan seorang pemimpin adalah jika ia bisa mencetak pemimpin lain di bawahnya dengan baik. ”Yang saya sampaikan kepada anak buah saya, kita ini tentara, tentara itu harus jelas dan tegas. Kejelasan itu saya sampaikan dasarnya apa, tentu terkait dengan disiplin, profesionalime, dan itu selalu saya bekali kepada mereka. Karena kalau mereka tidak jelas mau dibawa kemana, maka mereka juga tidak akan tahu arah tujuan mereka sendiri.***m agu suhadi
Langganan:
Postingan (Atom)