Rabu, 05 Maret 2008


MENGENAL “SUPER TUCANO”
Sebagai (salah satu calon) Pengganti OV-10F Bronco

Oleh Gandjar Wiranegara*

Pesawat tua yang banyak jasanya bagi bangsa Indonesia adalah OV-10 Bronco, telah mengabdi di TNI AU lebih dari 30 tahun sejak kedatangannya pertama di Indonesia tanggal 28 September 1976. Pesawat tempur taktis ini yang disebut Si Kuda Liar paling banyak diterjunkan dalam berbagai operasi, maklum pesawat ini lincah dan gesit namun dapat bermanuver dengan kecepatan rendah di atas target sehingga lebih mudah mengidentifikasi target.
Pesawat tempur taktis yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) ini telah melaksanakan operasi antara lain Ops Seroja (1976-1979), ops Tumpas (1977-1978), Ops Halilintar (1979), Ops Guruh Petir (1980), Ops Kikis (1981-1982), Ops Tumpas (1983-1985), Ops Halau (1985-1987), Ops Rencong Terbang (1991-1993), Ops Oscar (1991-1992). Dengan usianya lebih dari 30 tahun sudah sepantasnya ada pesawat pengganti yang dapat menggantikan tugas Si Kuda Liar ini.
Salah satu yang dilirik TNI AU sebagai pengganti OV-10 Bronco adalah EMB 314 Super Tucano buatan Brazil. Belum lama ini penulis memperoleh kesempatan mengunjungi pabriknya dan sekaligus merasakan terbang sebanyak dua sortie. Sortie pertama general flight, kemudian sortie kedua melakukan manuver air to ground.

Sejuta Jam Terbang

Super Tucano buatan pabrik pesawat terbang Embraer yang sebelumnya memproduksi EMB 312 Tucano sebagai pesawat latih dan tempur taktis mulai tahun 1983 yang telah terjual 650 pesawat untuk 15 negara dan digunakan AU Brazil lebih dari 130 pesawat dengan jumlah jam terbang di Brazilian Air Force Academy 1.000.000 jam terbang. Selain pesawat tempur Embraer juga memproduksi pesawat Maritime Patrol, AEWAC, Transport Regional, VIP dll dengan total produksi 5400 pesawat sejak tahun 1969 dengan 150 operator penerbangan lebih dari 40 negara.
Super Tucano sendiri mulai digunakan AU Brazil sejak tahun 2004 sampai saat ini sudah 46 pesawat dari 99 pesawat yang dipesan untuk digunakan oleh tiga skadron operasional dan satu skadron latih lanjut sebelum ke pesawat jet tempur. Sedangkan AU Columbia sudah terkirim lima pesawat dari 25 pesawat yang dipesan, selanjutnya Super Tucano banyak dilirik oleh negara di Amerika Latin dan belahan dunia lainnya termasuk Indonesia.
Sebagai gambaran, Super Tucano memiliki maximum take off weight 5.400 kg, dengan external load 1550 kg/5 hard point. Kapasitas internal fuel twin seater 656 liter dan single seater 956 liter dengan external tank 960 liter dapat terbang 7 jam dengan jarak capai 1480 nm. Sedangkan max operating speed 320 kts, cruising speed 280 kts dan stalling speed 80 kts, service ceiling 35.000 ft dengan cabin pressurize dan Oxygen Obogs (On board Oxygen Generation System). Begitu kita masuk Cockpit terlihat ejection seat Martin Baker MK-10 L (0-0) dengan operating 3 modes (normal, aft dan single) dan dilengkapi anti “G” suit dan personal Survival Kit.

Cockpit Layout

Setelah duduk dalam cockpit akan terlihat Super Tucano memiliki cockpit yang lebih ergonomic dengan penempatan panel instrument lebih baik dan memudahkan mengoperasikan system yang ada. Integrasi sistem HUD (Head Up Display), UFCP (Up Front Control Panel) dan dua CMFD (6”x8” Color Multi Function Displays) sangat memudahkan dan meringankan kerja penerbang. Pada front seat HUD dilengkapi Video Camera yang dapat dilihat oleh back seat dan dapat di-transmit ke station di bawah maupun pesawat lain via data link dan dapat direkam pada digital video recorder.
Melalui UFCP penerbang dapat merubah radio/nav aid freq, way point/tactical information, armament type/modes dan lain-lain. Sedangkan CMFD dapat memperlihatkan additional dan routine information (engine instruments, rute penerbangan, armament system dll), procedure list dan utamanya back up displays untuk HUD dan UFCP. Pada throttle dan stick control terdapat banyak tombol/switches yang akan memudahkan pengoperasian dengan tangan tetap pada throttle dan stick sehingga tetap mempertahankan control capability.
Itulah disebut konsep HOTAS (Hand On Throttle and Stick) yang menjamin penerbang tetap waspada dan penuh konsentrasi terhadap keadaan di luar cockpit. Pesawat ini juga dilengkapi Operational Flight Program, Mission and Displays Processor serta Digital Video Recorder dan Flight Data Recorder.

Engine Super Tucano

Adapun engine Super Tucano menggunakan Pratt & Whitney buatan Canada PT 6A-68C/3 Turboprop 1600 SHP dengan 5 blade propeller yang dilengkapi EICAS (Engine Indication and Crew Alerting System) dan Fire Detection System. Pelaksanaan start sangat mudah dan dapat dilakukan oleh front maupun back seat, pertama fuel booster pump ON kemudian push button start, 14 % RPM (Ng) throttle posisi start, setelah propeller unfeather light indicator off throttle idle kira kira 40 detik RPM stabil pada 66 % RPM temperature 6700 C. Sebelum taxy out, Cabin Pressurize dan Air Conditioning ON dilanjutkan parking brake release, idle power cukup untuk taxy speed. Selama taxy dirasakan manual nose wheel steering sangat responsive, dengan ujung kaki saja mudah mengatur speed taxy.
Sebelum take off flaps down kemudian line up hold the brake lalu full power rapidly, PT 6’S Power Management Unit mengatur turboprop engine agar tidak kelebihan temperatur dan torque limits. Engine Stabilize baru release brake saat itu terasa ada sedikit yawing, baru ketika mencapai kecepatan 50 kts automatic rudder trim aktif maka counter rudder tidak diperlukan. Pada speed 95 kts mulai 80 pitch up pesawat take off, gears and flap up dengan climbing speed 150 kts dengan rate of climb rata rata 4000 ft/menit menuju ketinggian 15.000 ft. Pengendalian Super Tucano sangat responsive ditambah dengan cabin pressurize suara putaran engine/propeller nyaris tidak terdengar, sehingga menerbangkan Super Tucano bagaikan menerbangkan pesawat Jet engine.

Maneuverability

Pada ketinggian 15000 ft mulai maneuver stall, spin, full aerobatic dan navigation. Pada kecepatan jelajah 280 kts lalu throttle idle, speed brake out langsung dengan cepat speed berkurang, pada speed sekitar 90 kts mendekati stall pesawat masih dapat dikontrol dengan baik.
Sedangkan pada pelaksanaan spin speed 94 kts warning stall bekerja lalu full aft stick dan full right rudder pedal maka pesawat spin nose low sekitar 500-700, setelah 3 putaran recovery dengan neutralize stick dan full left rudder tambahan satu putaran spin stop kehilangan altitude hanya 3000 ft, untuk spin kedua recovery dengan cara melepas stick dan rudder recovery spin stop tambah 2 putaran dengan kehilangan altitude 3500 ft. Pada aerobatic loop, barel roll dll power set maximum, saat high speed 310 kts air craft control tetap stabil, dicoba slow roll speed 200 kts maneuver sangat baik. Oleh karena itu Super Tucano untuk aerobatic sangat precise, mudah dikontrol dan sangat menyenangkan.

Nav aids dan Communication

Sebelum kembali ke base melaksanakan short navigation, Super Tucano dilengkapi dengan GPS dan INS, Laser Ring Gyro dan Radar Altimeter sehingga hasilnya precise. GPS stand alone untuk mencegah trouble di salah satu sistem, selain itu tetap dilengkapi basic flight instrument. Nav aid dilengkapi VOR/ILS, DME dan ADF serta dilengkapi digital anti interception & jamming V/UHF radio dan juga Fuel Alarms (Joker/Bingo).
Untuk memudahkan pelaksanaan terbang dilengkapi Auto Pilot dengan modes Heading Hold, Altitude Hold, Navigation and Approach. Sistem komunikasinya dilengkapi VHF/UHF radios with cripto dan Data Link, HF radio, IFF transponder dan Emergency Locator Transmitter. Sistem Data Link di Super Tucano sangat menarik dapat melaksanakan operasi silent communication dengan ground ataupun pesawat lain (Secure Communication).
Kemampuan data link-nya antara lain Send/Receive tracks/waypoint, weapon system status, present position transmission, transmit aircraft systems status, operational coordination serta intelligence information tentang targets dan avoidance area. Untuk terbang malam Super Tucano dilengkapi Night Vision Goggles (NVG) Gen III, dimana external dan internal lights full NVG compatible.
Selain itu dilengkapi optional FLIR (Forward Looking Infra Red) yang dapat dioperasikan oleh kedua cockpit dan dapat terlihat di CMFD (Color Multi Function Displays). Pada saat kembali ke base melaksanakan circuit dengan 4 kali touch and go, speed below 150 kts gears and flap down, check gears down push button Beep akan terdengar oleh penerbang dan controller. Final speed 110 kts, short final 100 kts flare out sedikit dan landing, pada saat touch terasa agak keras dibandingkan landing dengan A-4 Skyhawk, namun Super Tucano disiapkan untuk landing di unprepared runways.

Armament System

Sistem persenjataan Super Tucano terdiri atas 2 machine gun kiri dan kanan 0,5 “ (250 round each), dan 5 hard point di wing untuk 2 out board station di bawah wing (max 250 kg) dan 2 inboard station di bawah wing dan di tengah (max 350 kg) yang dapat juga dipasang external tank, sehingga total maximum external load 1.550 kg.
Semua station dapat dipasang bomb sejenis MK-81 maupun MK-82, Cluster, Rocket Pod dan juga dapat dipasang Laser Guided Bomb. Selain itu di outboard station dapat dipasang Short Range Air to Air Missile (AIM-9L class) dan juga dapat dipasang Air to Ground Missile (Maverick class). Pesawat ini juga dilengkapi Self Protection System terdiri dari RWR (Radar Warning Receiver), MAWS (Missile Approach Warning System) dan Chaff & Flare Dispensers. Selain itu alat bidik dengan WDNS (Weapon Delivery Navigation System) terdiri dari beberapa modes yaitu, A/G-CCIP (gun, rocket, bomb), A/G-CCRP, DTOS (bomb), A/A Intercept, A/A Dog Fight (LCOS, CCIL,SSLC), Armament Remaining, In flight Gun Re-cocking, serta Debriefing Capability. Untuk latihan WDNS ini dapat dengan simulasi yang terdiri dari Virtual Radar, Armament Simulation dan Electronic Warfare Simulation.
Pada sorti kedua penjajakan Super Tucano melaksanakan air to ground dengan amunisi 4 BDU-33 dan peluru 0,5 “100 bullet kanan dan 100 bullet kiri. Pelaksanaan bombing 2 bomb dengan A/G-CCIP dive angle 300 dengan hasil 3m/4m, 2 bomb dengan A/G- CCRP level bombing dan DTOS dengan hasil 13m/14m. Adapun hasil strafing 3 runs, run pertama 20 peluru/17 in, run kedua 20 peluru/14 in, run ketiga 40 peluru/27 in. Walaupun dengan keterbatasan jumlah sorti, namun terlihat dari peralatan avionic dan hasil Weapon Delivery menunjukan Weapon Control System Super Tucano sama dengan generasi terbaru dari Jet Fighter Aircraft.
Sebagai kesimpulan, Super Tucano adalah pesawat Light Attack Turboprop yang sangat ideal untuk melaksanakan misinya dalam COIN (Counter Insurgency) dengan precise yang tinggi dan dapat operasional malam hari (FLIR & NVG Compatible). Selain itu Super Tucano dapat digunakan sebagai pesawat Latih Lanjut maupun transisi ke pesawat fighter jet generasi terakhir. Secara menyeluruh Super Tucano adalah pesawat tempur taktis yang low cost yang siap menggantikan pesawat OV-10 Bronco si Kuda Liar dalam melaksanakan tugasnya dalam misi COIN (Counter Insurgency).***

*artikel ini di-posting untuk mengenang Almarhum Marsekal Muda TNI Gandjar Wiranegara, mantan Pangkoopsau I dan Pangkohanudnas, yang meninggal tanggal 8 Februari 2008 silam.

Selasa, 04 Maret 2008


SAYA ketika selesai mewawancarai secara khusus Wapres M Jusuf Kalla di Istana Wapres bersama mbak Fibiolla Iriani Ohei (staf khusus Presiden yang buku "biografi mini"nya sedang saya garap) beberapa waktu lalu. Pak wapres ketika itu kaget ketika saya mengaku bahwa profesi utama saya adalah seorang tentara. "Wah hebat anda, jarang lho tentara yang ngrangkap jadi penulis!" kata beliau. Beginilah saya ketika melakukan pekerjaan "sampingan" sebagai konsultan media di bawah bendera SMART Institute.

Suasana ketika wawancara berlangsung antara saya -- didampingi mbak Febi -- dengan Wapres M Jusuf Kalla di Istana Wapres belum lama ini. Kalau saya nggak "nyambi" pekerjaan jadi penulis begini, jelas nggak gampang untuk ketemu secara khusus dengan RI-2 kalau bawa identitas asli sebagai perwira berpangkat letnan kolonel. Lhawong ajudannya saja pangkatnya kolonel! Wah, asyik banget deh kerja jadi penulis gini...Follow me..c'mon!