Selasa, 16 September 2008

ALLAH MEMANGGIL KITA TIGA KALI SAJA SEUMUR HIDUP

Ini renungan menarik yang saya dapatkan dari email teman saya, Letkol Pnb Isep Hasan Isrony (Komandan Skadron Udara 31). Yang merupakan pengalaman religius sang isteri. Renung-renungkan dan selamat beramal..

Saat itu, Dhuha, hari terakhir aku di Masjid Nabawi untuk menujuMekah....... , aku bertanya pada Ibu.”Ibu, kataku, ada cerita apa yang menarik dari Umrah....?” Maklum, ini pertama kali aku ber Umrah. Dan Ibu, memberikan tausyiahnya. Ibu adalah pemilik Maknah Tour Travel dimana saya bergabung untuk Umrah di bulan July 2007 yang lalu.

Kebetulan umrahku dimulai di Madinah dulu selama 4 hari, baru ke Mekah.Tujuannya adalah mendapatkan saat Malam Jumat di depan Kabah. Jadi aku punya kesempatan untuk bertanya tentang Umrah. Ibu berkata...”Shinta, Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumurhidup.” Keningku berkerut........

”Sedikit sekali Allah memanggil kita..?”
Ibu tersenyum. ”Iya, tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?” Saya menggelengkan kepala.
”Panggilan pertama adalah AZAN,” ujar Ibu.”Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelasterdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak 'cepat marah' akan sikap kita. Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Azan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti”. Saya terpekur.... mata saya berkaca-kaca. Terbayang saya masih melambatkan sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan lain lain. Masya Allah.......

Ibu melanjutkan, ”Shinta, panggilan yang kedua adalah panggilan UMRAH / HAJI. Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya 'bergiliran' . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merancang pula akan pergi, ada yang memang merancang dan terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/Umrotan', sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua. Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab,meskipun panggilan itu halus sekali. Allah berkata, laksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu'.

Mata saya semakin berkaca-kaca. ........Subhanallah...... .saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan.....Alhamdulillah...”Dan panggilan ke-3,” lanjut Ibu,”adalah KEMATIAN. Panggilan yang kita jawab dengan amal kita. Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu Shinta, manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah.... .......Insya Allah syurga adalah balasannya.....”

Mata saya basah di dalam Masjid Nabawi , saya sujud bertaubat padaAllah karena kelalaian saya dalam menjawab panggilanNya. ....Kala itu hati saya makin yakin akan kebesaranNya, kasih sayangNya dan dengan semangat menyala-nyala, saya mengenakan baju Ihram dan berniat..... Aku menjawab panggilan UmrahMu, ya Allah, Tuhan Semesta Alam........

Huraisy

Pada hari kiamat akan keluar seekor binatang dari neraka jahanam yang bernama 'Huraisy' berasal dari anak kala jengking. Besarnya Huraisy ini dari timur hingga ke barat. Panjangnya pula seperti jarak langit dan bumi.

Malaikat Jibril bertanya : ”Hai Huraisy! Engkau hendak ke mana dan siapayang kau cari?” Huraisy pun menjawab, ”Aku mau mencari lima orang.”
Pertama, orang yang meninggalkan sembahyang.
Kedua, orang yang tidak mahu keluarkan zakat.
Ketiga, orang yang durhaka kepada ibu - bapanya.
Keempat, orang yang bercakap tentang dunia di dalam masjid.
Kelima, orang yang suka minum arak.***

Selasa, 09 September 2008

BERAPAKAH BIAYA PEMBUATAN BUKU DI SMART?

Banyak pertanyaan yang datang ke saya dari para client atau calon customer, yakni mereka yang punya niat menulis dan menerbitkan sebuah buku, karya mereka sendiri. Keinginan menerbitkan sebuah buku, tentu saja, adalah hak setiap orang! Jika demikian, kenapa bukan Anda sendiri yang MEMBIAYAI penerbitan buku Anda tersebut? Di SMART Institute Anda akan dibantu semaksimal mungkin hingga buku kebanggaan Anda terwujud. Pertanyaannya: berapa sih biayanya? Ada dua opsi, pertama, Anda sendiri yang menentukan budget-nya dan SMART yang akan menyesuaikan dengan budget tersebut. Kedua, SMART yang menetapkan biaya sesuai dengan spec (spesifikasi) buku yang Anda kehendaki. Buku dengan tampilan FC (Full Color) tentu berbeda biayanya dengan yang BW (black and white). Memakai kertas HVS tentu berbeda cost-nya dengan yang menggunakan jenis kertas Art Paper (AP). Kemudian jumlah halaman, buku hanya 100 halaman pasti berbeda dengan yang tebalnya 200-300 halaman. Itu dari segi tampilan, sementara dari aspek content ceritanya berbeda lagi. Anda tak perlu khawatir jika ingin menerbitkan sebuah buku namun tak secuilpun data atau bahan baku telah Anda siapkan, SMART akan mewujudkan wacana sesuai keinginan Anda. Namun, tentu saja, kriteria produk semacam ini tentu membutuhkan biaya yang lebih besar ketimbang bilamana bahan-bahan sudah Anda siapkan terlebih dulu. Hal-hal semacam itulah yang menentukan biaya penerbitan sebuah buku. Anda masih ragu dan menganggap informasi ini belum cukup? Begini sajalah, yang jelas SMART siap menggarap sebuah buku dengan minimal budget 10 jutaan untuk 500 eksemplar buku, dan maksimalnya tak terhingga sesuai permintaan Anda customer yang kami anggap sebagai Raja. Tertarik?***

Minggu, 07 September 2008

REPUBLIK DUIT


Ternyata, Rhoma Irama benar! Di tahun 70-an Sang Raja Ndangdut itu telah menyenandungkan lagu berjudul “Rupiah” yang ketika itu sempat “dicekal” oleh pemerintah Orba karena dianggap mengganggu “ketertiban umum”. Pasalnya Rhoma dalam lirik lagunya itu antara lain mengatakan, “demi rupiah segala hal dilakukan orang, nyawapun siap jadi taruhannya…dst” (saya nggak hafal persis).

Lagu ”Rupiah” itu terbukti hingga kini masih terasa konteks dan relevansinya, bahkan dengan kadar yang jauh lebih ”nggilani” (menjijikkan) terutama terkait dengan mulai hingar-bingarnya Pemilu 2009. Sekarang ini, kalau anda ingin jadi anggota legislatif (pusat) maka dana yang harus anda keluarkan minimal adalah 1 milyar rupiah! Sekali lagi itu minimal! Sedangkan untuk legislatif daerah ya sedikit kurang dari itulah, tapi tetap saja jumlahnya sangat nggegirisi! Itu baru untuk kursi legislatif, belum eksekutif mulai dari bupati/walikota, gubernur, sampai presiden! Belum lagi untuk kursi mentereng di jajaran BUMN atau badan otoritas keuangan Negara seperti BI (ingat kasus Miranda Gultom yang sekarang bergulir). Semua mengandung muatan U A N G, dan itu tak berarti hanya rupiah tapi juga bisa bentuk mata uang lain. Rupiah hanyalah sekadar representasi segala hal yang menyangkut perduitan.

Oke, barangkali saya terlalu naïf jika bicara uang dalam konteks pemilu. Bukankah para calon wakil rakyat dan pejabat public memang harus keluar uang untuk membiayai kampanye mereka? Baik, itu benar, tapi jika jumlahnya kemudian menjadi sangat “gila” apakah ada jaminan bahwa setelah mereka terpilih tidak tergoda untuk berpikir tentang upaya “balik modal”? Faktanya, itulah yang banyak terjadi di negeri ini!! Lembaga KPK yang kemudian dibentuk adalah indikasi bahwa korupsi memang sudah bersimaharajalela dan mengakar begitu kokoh menghunjam dalam sendi kehidupan Republik ini!

Beberapa waktu lalu saya menyaksikan tayangan Metro TV tentang seorang mantan calon bupati Ponorogo yang belakangan menjadi GILA karena kalah pilkada dengan setumpuk hutang untuk membiayai obsesi menjadi penggede tlatah reog itu. Tak hanya GILA tapi juga sebelumnya sempat berkali-kali mencoba BUNUH DIRI! Padahal cabup yang berinisial “Y” itu sebelumnya dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses, dengan sederet usaha dan bisnis yang berjalan dengan amat lancar dan menjadikannya sebagai “tokoh panutan”.

Walhasil, kursi kekuasaan agaknya menggodanya untuk terjerumus dalam permainan politik sekelompok orang yang punya niat untuk memanfaatkan ke”tokoh”annya. Hidden agenda mereka sebenarnya hanya satu: menguras duit dan harta sang calon bupati. Tapi semua itu pada akhirnya lenyap, termasuk kesadarannya sebagai manusia waras yang membawanya menjadi manusia gila. Bagaimana tidak gila, si tokoh panutan itu sekarang kemana-mana tanpa busana dan berteriak-teriak tanpa jelas maksudnya. Hanya satu komentar saya: naudzubillahi min dzalik!

Semua itu karena pesona rupiah, bravo untuk Pak Haji Rhoma Irama. Negeri ini memang Republik Duit. Ah!***

Rabu, 03 September 2008

THUKUL RAIH 75% SUARA!!!


Di luar dugaan, Thukul Arwana dipilih oleh 75 % responden dalam polling pemilihan Calon Presiden (capres) RI 2009-2014 yang digelar selama sepekan kemarin. Meski hanya diikuti oleh 4 peserta saja namun hal itu menunjukkan bahwa negeri ini merindukan seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti Thukul. Yaitu:
1. Lucu
2. Rendah Hati
3. Pekerja keras
4. Tampang "Ndeso"

Dalam polling ini terlihat bahwa tokoh sekaliber SBY, Mbak Mega, Amin Rais, dan Rizal Mallarengeng tak berkutik oleh kepopuleran komedian pengasuh acara "EMPAT MATA" di sebuah stasiun TV swasta, yang juga menyebut dirinya sebagai "Reynaldi" itu. Cukup validkah hasil polling ini?

Anda tak perlu marah dengan hasil polling ini! Negeri ini sudah terlalu capek melihat jutaan penduduknya yang tiap hari marah dengan sejuta sebab. Harga BBM naiklah, sembako lah, LPG lah, telor lah, cabe keritinglah, PHK massal lah, korupsi lah, kemacetan jalan lah, penggusuran lah, demo lah, dan jutaan sebab lain yang tiap hari bermunculan dan bisa disaksikan di televisi tiap pagi!

Negeri ini merindukan suasana santai nan ceria, penuh canda tawa, cengengesan tanpa beban, tapi sekaligus juga jiwa penuh kerendah hatian jauh dari sombong dan congkak, dan itu melekat pada diri seorang THUKUL. Jadi kalau "rakyat" (yang diwakili oleh empat orang peserta polling) mayoritas memilih Thukul sebagai capres yang layak memimpin RI periode 2009-2014, ya itu sangat wajar dan sah-sah saja to?

Sudahlah, daripada marah yang hanya membuat tensi darah anda melonjak dan risiko stroke lebih besar, lebih baik santai dan cengengesan sajalah dalam menyikapi dinamika kehidupan NKRI yang kita cintai ini. Yang penting jangan lupa untuk tetap bekerja keras menghidupi keluarga anda dengan pekerjaan yang halal dan "thoyyiiib" pastinya. Oke?***