Minggu, 10 Agustus 2008

ANAK "WONG CILIK" JADI ORANG -- KISAH TIGA JAGOAN DARI KEDIRI


FOTO: TARZAN STUDIO

Inilah "kisah keberhasilan" yang paling meyakinkan. Kami bertiga bersaudara kandung, anak "wong cilik" dari Kediri, kota kecil di Jawa Timur yang kini meledak karena klub sepakbola PERSIK berhasil jadi juara Liga Indonesia Divisi II, Divisi I, dan Divisi Utama berturut-turut.
Ya, kami bertiga adalah anak seorang pensiunan tentara AD dengan pangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu) H Mochtar Asrof Dipo Wijono (almarhum) dan Hjh Istifadah Istiqomah (almarhumah). Kami delapan bersaudara, tiga lelaki dan lima perempuan. Kami tiga lelaki ini kini jadi kebanggaan setiap orang yang paham akan arti sebuah perjuangan. Kami, Brigadir Jenderal TNI Prof Dr H Lukman Saksono, Mohammad Suryo Alam, Ak MBA, dan Letnan Kolonel Sus Drs Mohammad Agus Suhadi, M.Si.
Betapa tidak, kami delapan bersaudara telah jadi anak yatim ketika masih kecil. Ayah meninggal tahun 1966 saat usia masih 40an tahun, sedang ibu menjadi janda saat usia masih 30an tahun dengan tujuh anak. Anak pertama, Mas Lukman, masih kelas 1 SMA dan saya (Agus) si bungsu masih bayi merah usia tiga bulan ketika ayah meninggal. Karena kehidupan begitu berat, pensiun ayah begitu susah diurus, ibupun menikah lagi dengan seorang tamtama AL tahun 1969 dan tahun 1970 lahir adik tiri kami, Fahima Indrawati. Namun begitu Hima lahir, ibu bercerai dengan ayah tiri kami itu secara baik (dan hingga kini hubungan silaturahmi dengan Pak Sukardi -- ayah tiri kami itu -- tetaplah baik).
Akhirnya, ibu kami, janda berusia 30an tahun yang tak tamat SD, harus mengasuh delapan anak SENDIRIAN! Alhamdulillah, berkat kegigihan dan ketabahan serta "laku hidup prihatin" dengan skala yang amat dahsyat, ibu berhasil mengentaskan kami semua hingga "jadi orang". Kisah sukses ibu pernah dimuat di majalah dan koran beberapa tahun silam, sebagai figur "janda sakti" yang berhasil mendidik anak-anaknya dengan keberhasilan yang gilang-gemilang.
Ya, selain kami bertiga lelaki, kelima saudara perempuan kami semua bisa dibilang "berhasil" dalam kehidupannya. Semua "makan sekolah" hingga perguruan tinggi. Dan khusus kami bertiga, pencapaiannya sungguhlah membuat kami sekeluarga bangga dan -- tentu saja -- bersyukur tiada tara. Mas Lukman, lulusan Akabri Darat tahun 1973 (seangkatan Presiden SBY), lima bulan menjelang pensiun (oktober nanti) akhirnya berhasil meraih pangkat perwira tinggi: Brigadir Jenderal. Ia dikenal sebagai perwira intelektual dan cendekiawan di TNI AD. Karyanya berupa buku sudah puluhan judul, ratusan artikel dan makalah ilmiah tak terhitung jumlahnya. Ia kini adalah Staf Ahli Kasad Bidang Ekonomi.
Lalu, Mas Suryo Alam, akuntan lulusan STAN dan MBA lulusan Hull State University (UK), kini adalah Dirut PT Jawa Manis -- sebuah perusahaan PMA yang berlokasi di Serang, memproduksi gula rafinasi khusus untuk ekspor. Ia sebelumnya pernah menjadi orang nomor satu di beberapa perusahaan dengan usia yang sangat muda, karirnya tak mungkin naik lagi karena di atasnya adalah sang "owner". Ia pun berpindah ke perusahaan baru lagi untuk mencari tantangan baru. Begitulah dinamika seorang profesional dengan nilai jual sangat tinggi.
Kemudian saya, yang dalam ukuran tertentu di komunitas saya, boleh dibilang lumayan "ngetop" (maaf bukan bermaksud sombong). Selepas lulus S1 Jurnalistik Fikom Unpad Bandung, saya sempat bekerja di sebuah penerbitan buku sebagai editor. Lalu memenuhi permintaan ibu saya mendaftar masuk Sepawamil ABRI tahun 1990 dan dijuruskan di TNI AU. Maka selama 18 tahun terakhir ini saya malang-melintang sebagai Press Officer dan Public Affair Officer di beberapa satuan TNI AU hingga sekarang di Koopsau I. S2 bidang Public Policy saya ambil di UGM tahun 2000 dan lulus dua tahun kemudian. Hobby menulis saya salurkan dengan mendirikan SMART Institute.
Itulah sekelumit kisah sukses (dalam perspektif "wong cilik" tentu saja) yang sangat membanggakan dan kami syukuri. Dengan memposting kisah ini, harapan kami tentu bukan dalam kerangka jumawa atau arogan, tapi sekadar -- siapa tahu -- bisa menginspirasi mereka yang berasal dari "wong cilik" untuk tidak "kalah sebelum bertanding". Karena keberhasilan adalah milik siapa saja, asal mau berjuang, berjuang, dan berjuang. Ok?***