Minggu, 20 Juli 2008

BINPOTDIRGA: KERJA KERAS TAK KENAL LELAH


BINPOTDIRGA atau pembinaan potensi kedirgantaraan adalah salah satu tugas TNI Angkatan Udara, yang implementasinya sungguh memerlukan kerja keras tanpa kenal lelah. Di negeri dengan luas udara yang sangat menakjubkan namun kini didera bencana “nasi aking”, berbicara tentang binpotdirga sungguh bagai mimpi yang dipaksakan menjadi kenyataan… Mengapa?

Sudah takdir TNI AU, agaknya, jika harus mengemban amanat sebagai institusi yang mengurusi “halaman rumah” Gatotkaca nun di atas sana. Berbeda dengan teman-teman matra Darat, Laut, dan “mantan” saudara Polri, yang mengurusi kawasan “nyata” berupa daratan, lautan, ataupun “kamtibmas”, maka TNI AU harus merawat dan menjaga mega mendung dan awan gumintang yang “abstrak” dan tak bisa di”plokotho” secara instant. Aha!

Bagi mereka yang tak paham tentang pentingnya udara, dirgantara, atau bahkan “aerospace” yang lebih luas tanpa batas, maka bakal mencibir dan memandang remeh peran TNI AU sebagai pengawal kedaulatan dirgantara. Apalagi harus “membina” lagi, wah pekerjaan macam apa pula itu?

Anak-anak, sebagai generasi tabularasa, harus sejak awal menjadi target binpotdirga. Dari sekian puluh juta anak-anak Indonesia, harus ada yang sejak awal dibina dan dididik untuk mencintai udara dan dirgantara negerinya. Kerena kelak mereka akan paham bahwa betapa super pentingnya menjaga, mengelola, dan memanfaatkan udara ataupun dirgantara negerinya. Agar tak hanya Jepang, Rusia, Eropa, dan Amerika saja yang kini telah mereguk asyik dan nikmatnya mengelola dirgantara sebagai sumber kehidupan dan kekuatan yang membanggakan segenap anak bangsa mereka…***

Minggu, 13 Juli 2008

SIAPA LAGI YANG BISA DITELADANI DI NEGERI INI?


Mr President SBY ketika kampanye pilpres empat tahun silam sempat mendeklarasikan jargon “BERSAMA KITA BISA” namun toh sampai hari ini, itu masih berhenti sebatas jargon. Bahkan dalam tataran praksis malah diselewengkan, yang antara lain terlihat dalam fenomena “tilpun Arthalyta” yang berhasil disadap KPK. Artinya, “bersama kita bisa KORUPSI”! Celakanya, semangat korupsi ini tak pandang bulu, dari mereka yang memang sosoknya berbakat korupsi sampai mereka yang tongkrongannya sangat kental nuansa “ukhrowi” (baca: KIYAI). Umat jadi bingung, SIAPA LAGI YANG BISA DITELADANI DI NEGERI INI?

Nyaris mustahil tampaknya mengatasi problem negeri ini. Saya pernah diskusi dengan keponakan saya yang secara ekstrim menyebutkan, bahwa untuk membangun Indonesia Baru yang bisa menyamai Singapura, Jepang, atau Korea Selatan, maka satu-satunya cara adalah dengan MEMBUNUH bangsa Indonesia yang berumur di atas 17 tahun, sehingga yang tersisa tinggal mereka yang berumur 0 – 17 tahun. Dengan asumsi kelompok umur ini masih belum terkena virus SONTOLOYO yang membuat bangsa ini tak maju-maju!! Sedangkan kaum generasi 17 tahun keatas sudah BERKARAT brengseknya dan SUSAH DIPERBAIKI LAGI MENTALITASNYA!!!

Lalu kita mendatangkan orang-orang pintar dari Singapura, Jepang, dan Korea Selatan (boleh ditambah Taiwan, yang penting Asia sajalah, gak perlu Eropa apalagi USA). Tugas mereka adalah mengajari generasi muda Indonesia yang masih “murni” ini tentang bagaimana hidup berdisiplin, kerja keras, senang membaca, taat hukum, cinta tanah air – pendek kata segala hal yang excellent yang membuat bangsa-bangsa itu maju pesat. Hanya itu saja caranya!!! Benarkah? Saya ngeri membayangkannya…***